Jumat, 04 Desember 2020

Musik dan Lagu Daerah

 

MUSIK DAN LAGU DAERAH

“BATANGHARI SEMBILAN”

NAMA : RIZKI PATRIA LINALDI

KELAS : 1IA07

NPM : 51420123


PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis salah satunya lagu khas daerah.

Lagu daerah atau musik daerah ini biasanya muncul dan dinyanyikan atau dimainkan pada tradisi-tradisi tertentu pada masing-masing daerah, misal pada saat menina-bobok-kan anak, permainan anak-anak, hiburan rakyat, pesta rakyat, perjuangan rakyat, dan lain sebagainya. Lagu kedaerahan biasanya merujuk kepada sebuah lagu yang mempunyai irama khusus bagi sebuah daerah. Tetapi masyarakat saat ini cenderung lebih sering mendengarkan lagu-lagu modern sehingga membuat masyarakat saat ini lebih mengenal lagu-lagu modern dan melupakan lagu tradisional. Tidak sedikit lagu-lagu daerah ini yang sudah punah dan dilupakan akibat adanya modernisasi.

Tentu saja modernisasi berdampak pada kebudayaan, akibat modernisasi banyak budaya-budaya Indonesia yang sudah mulai dilupakan dan digantikan oleh budaya-budaya modern. Bahkan tidak sedikit generasi muda jaman sekarang yang tidak tahu budaya-budaya Indonesia.

Berbicara soal modernisasi saat ini, tentu modernisasi tak bisa luput dari teknologi, teknologi merupakan perkembangan suatu media atau alat yang dapat digunakan dengan lebih efisien guna memproses serta mengendalikan suatu masalah.     

Perkembangan teknologi sekarang sudah tidak dapat dihindari lagi, masyarakat pengguna teknologi pun tanpa disadari sudah mulai mengikuti perkembangannya. Jika kita tidak dapat memilah yang baik maka akan berdampak buruk.

Adanya teknologi baru dapat menciptakan kebudayaan yang baru pada masyarakat serta teknologi sebagai pertanda kemajuan kebudayaan. Semakin berkembangnya teknologi dimana informasi apa saja bisa masuk dalam kehidupan masyarakat kita, berarti ikut serta mempengaruhi tergesernya nilai-nilai budaya Indonesia ini. Banyak masyarakat Indonesia, terutama generasi muda kebanyakan lebih suka terhadap budaya asing ketimbang kebudayaan Indonesia sendiri. Hal ini menuntut kita untuk lebih waspada dalam menerima budaya luar/asing.

 

 

A.   Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian dari lagu daerah?

2.    Apa nama musik yang berasal dari Sumatera Selatan?

3.    Sejarah dari musik yang berasal dari Sumatera Selatan?

 

B.   Tujuan Makalah

1.    Mengetahui pengertian dari lagu daerah

2.    Mengetahui nama musik yang berasal dari Sumatera Selatan

3.    Mengenal sejarah dari musik yang berasal dari Sumatera Selatan

 

PEMBAHASAN

Pengertian lagu daerah

Lagu daerah atau musik daerah atau lagu kedaerahan, adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Pada umumnya pencipta lagu daerah ini tidak diketahui lagi alias noname

Lagu daerah bersifat turun temurun bentuk lagu, lazimnya dinyatakan dalam syair atau lirik bahasa daerah di wilayah tersebut. Bahasa dan dialek yang digunakan kadang sulit dipahami maksud dan tujuannya, namun memiliki makna yang mendalam. Bentuk pola dan susunan melodi sangat sederhana sehingga mudah dikuasai masyarakat setempat. Lagu daerah biasanya diwariskan secara lisan dan berkembang sesuai kondisi sosial budaya dan alam daerah tersebut, sehingga tiap daerah berbeda dengan daerah lainnya. Lagu daerah dibangun dari irama, syair dan instrumen, dan memiliki ciri-ciri syair yang mengisahkan budaya setempat, tatacara kehidupan sehari-hari, dan adat istiadat suatu daerah.

 

Sejarah Batanghari Sembilan

gambar pencipta lagu batanghari sembilan

Batanghari Sembilan adalah istilah untuk irama musik dengan petikan gitar tunggal yang berkembang di Wilayah Sumatera Bagian Selatan. Dalam pengertian yang lebih luas, Batanghari Sembilan adalah kebudayaan yang berbasis pada sungai. Kebudayaan ini adalah kebudayaan agraris yang selaras dengan alam. Musik yang diekspresikan dari budaya ini bernuansa romantik, melonkolik dan naturalistik.

 

Musik dan lagu batanghari sembilan diperkirakan berakar dari rejung (pantun/sastra tutur di Besemah, salah satu wilayah Batanghari Sembilan). Pada mulanya, rejung tak menggunakan instrumen musik tradisional sebagai alat pengiring bunyi, ia hanya dituturkan dengan irama yang khas.

Perkembangan selanjutnya, rejung mulai diharmonisasikan dengan alat bunyi perkusi sederhana, terbuat dari bambu (getuk, getak-getung), kulit binatang (redap) dan terbuat dari besi (gung, kenung). “Instrumen” rejung ini bertambah lagi dengan alat bunyi tiup yang terbuat dari bambu (seredam), besi (ginggung) bahkan ada yang terbuat dari daun (carak). Alat musik modern; gitar, akordion, terompet, biola, mulai dikenal menjadi alat pengiring musik dalam batanghari sembilan diperkirakan sejak bangsa Barat masuk ke Sumsel.


Sejak memakai alat musik modern, alat musik tradisional mulai ditinggalkan, hanya ginggung (ginggong) masih terlihat. Pasca 1945, sesuai dengan dinamika perkembangannya, genre musik batanghari sembilan membelah lagi menjadi beberapa sub-genre, pengkategorian musik seperti terkadang merupakan hal yang subjektif, di antaranya rejung (makna lain adalah sastra tutur), tige serangkay (tiga serangkai), antan delapan gitar tunggal (akustik).

Awalnya tige serangkay dan antan delapan adalah judul pantun dalam rejungAmuntaukah ayik karawang /Ay, ngape nak nyabun aduhay sayang, sane seberang sane /Amuntaukah nasib kah malang /Ay, ngape nak tughun aduhay, sayang deniye dalam lah deniye /Amun mbak ini rupe mandian /Ay, ngape dik mandi aduhay, sayang kayik jalan kayik /Amun mbak ni rupe bagian /Ay, ngape di mati aduhay, sayang kecik badan lah kecik adalah syair tiga serangkai. Dalam perkembangannya, nada, ritme, melodi, dan harmoni dalam kedua lagu itu menjadi menjadi lagu-lagu dengan judul lain.

Salah satu wilayah Sumatera Selatan, di Kabupaten Ogan Ilir terdapat satu wilayah yang memiliki kesenian khas Batanghari Sembilan yaitu desa “Muara Kuang”. Di Kecamatan ini pertama kali kesenian Tembang Batanghari Sembilan dipopulerkan yang lazim disebut Tembang Nasib. Sejak tahun 1970-an sampai dengan sekarang sudah berciri khas diiringi tari daerah dan lagu.

 

Syair Tembang Batanghari Sembilan yang pertama kali diciptakan adalah : “muara Kuang Enam Belas Dusun, lima di kuang sebelas di Ogan, Dusun Muara Kuang mintak disusun, banyak kekurangan serbe ketinggalan”. Dimana pantun atau syair Tembang Batanghari Sembilan ini menceritakan di daerah Muara Kuang itu sendiri terdiri dari enam belas desa diantaranya lima berada di daerah Kuang dan sebelas berada di daerah Ogan. Tembang Batanghari Sembilan umumnya ditampilkan dalam rangka menyambut para tamu penting seperti : Gubernur, Bupati dan Camat.

 

 

Musik Batanghari Sembilan menggunakan alat musik gitar akustik, perbedaannya hanya terletak pada senar atau penyetelan senarnya, yaitu Snar 6 (enam) dan senar 4 (empat) distem pada lagu-lagu Tembang Batang Hasri Sembilan tertentu. Gitar tunggal digunakan untuk mengiringi Tembang Batang Hari Sembilan.

Tembang Batanghari Sembilan adalah salah satu bentuk kesenian tradisional berupa vocal manusia yang diringi gitar tunggal (gitar akustik) berupa pantun yang berciri khas bahasa daerah yang terkadang nasehat-nasehat keagamaan, nilai-nilai dan norma-norma dalam adat istiadat serta dapat juga terkadang pantun-pantun lucu maupun pantun-pantun belinjangan (pacaran) terhadap lawan jenis. Tembang Batanghari Sembilan bertujuan sebagai komunikasi antara orangtua dengan kaum muda, dan antara muda mudi yang memadu kasih. Isi dalam tembang ini juga terdapat ungkapan-ungkapan komunikasi kepada pemerintah dalam bentuk penyempaian aspirasi, ucapan terima kasih, kritik dan saran pada pemerintah.

 

Batanghari Sembilan adalah nama lain dari provinsi daerah tingkat I Sumatera Selatan yang memiliki 9 (sembilan) sungai besar yaitu : Sungai Kelingi, Sungai Beliti, Sungai Lakitan, Sungai Rawas, Sungai Rupit, Sungai Batang Leko, Sungai Ogan, Sungai Komering dan Sungai Lematang. Sedangkan Tembang Batanghari Sembilan merupakan salah satu kesenian khas Sumatera Selatan yang merupakan salah satu bentuk kesenian suara/lagu. Kesenian ini berasal dari daerah-daerah yang wilayahnya dialiri oleh sembilan sungai.

 

Kostum yang digunakan pada saat pertunjukkan/penampilan kesenian Tembang Batanghari Sembilan pada saat kesenian tersebut belum berkembang adalah : Untuk pakaian laki-laki menggunakan : Telok Belango, Peci Hitam/Kopiah, Kain Sarung/Pelekat (kotak-kotak) dan Cenela (sendal). Sedangkan untuk perempuan menggunakan pakaian : Baju Kurung, Sanggul Malam, Kain, Cempako, Kalung Tapak Jajo, Antingan, Pending.

 

Sahilin merupakan seniman lagu melayu Batanghari Sembilan dan kabupaten Ogan Komering Ilir adalah salah satu kabupaten yang mempertahankan tradisi dalam berbagai acara mereka. Selain itu kabupaten ini yang memiliki Dewan Kesenian sampai ke kecamatan. 

 

PENUTUP


Kesimpulan :

Lagu daerah atau musik daerah atau lagu kedaerahan, adalah lagu atau musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Bahasa dan dialek yang digunakan kadang sulit dipahami maksud dan tujuannya, namun memiliki makna yang mendalam. Lagu daerah dibangun dari irama, syair dan instrumen, dan memiliki ciri-ciri syair yang mengisahkan budaya setempat, tatacara kehidupan sehari-hari, dan adat istiadat suatu daerah. Batanghari Sembilan adalah istilah untuk irama musik dengan petikan gitar tunggal yang berkembang di Wilayah Sumatera Bagian Selatan. Kebudayaan ini adalah kebudayaan agraris yang selaras dengan alam. Musik dan lagu batanghari sembilan diperkirakan berakar dari rejung (pantun/sastra tutur di Besemah, salah satu wilayah Batanghari Sembilan). Pada mulanya, rejung tak menggunakan instrumen musik tradisional sebagai alat pengiring bunyi, ia hanya dituturkan dengan irama yang khas. Alat musik modern; gitar, akordion, terompet, biola, mulai dikenal menjadi alat pengiring musik dalam batanghari sembilan diperkirakan sejak bangsa Barat masuk ke Sumsel. Sejak memakai alat musik modern, alat musik tradisional mulai ditinggalkan, hanya ginggung (ginggong) masih terlihat. Pasca 1945, sesuai dengan dinamika perkembangannya, genre musik batanghari sembilan membelah lagi menjadi beberapa sub-genre, pengkategorian musik seperti terkadang merupakan hal yang subjektif, di antaranya rejung (makna lain adalah sastra tutur), tige serangkay (tiga serangkai), antan delapan gitar tunggal (akustik). 

Dalam perkembangannya, nada, ritme, melodi, dan harmoni dalam kedua lagu itu menjadi menjadi lagu-lagu dengan judul lain. Salah satu wilayah Sumatera Selatan, di Kabupaten Ogan Ilir terdapat satu wilayah yang memiliki kesenian khas Batanghari Sembilan yaitu desa “Muara Kuang”. Di Kecamatan ini pertama kali kesenian Tembang Batanghari Sembilan dipopulerkan yang lazim disebut Tembang Nasib. Syair Tembang Batanghari Sembilan yang pertama kali diciptakan adalah : “muara Kuang Enam Belas Dusun, lima di kuang sebelas di Ogan, Dusun Muara Kuang mintak disusun, banyak kekurangan serbe ketinggalan”. Musik Batanghari Sembilan menggunakan alat musik gitar akustik, perbedaannya hanya terletak pada senar atau penyetelan senarnya, yaitu Snar 6 (enam) dan senar 4 (empat) distem pada lagu-lagu Tembang Batang Hasri Sembilan tertentu. Tembang Batanghari Sembilan adalah salah satu bentuk kesenian tradisional berupa vocal manusia yang diringi gitar tunggal (gitar akustik) berupa pantun yang berciri khas bahasa daerah yang terkadang nasehat-nasehat keagamaan, nilai-nilai dan norma-norma dalam adat istiadat serta dapat juga terkadang pantun-pantun lucu maupun pantun-pantun belinjangan (pacaran) terhadap lawan jenis. Tembang Batanghari Sembilan bertujuan sebagai komunikasi antara orangtua dengan kaum muda, dan antara muda mudi yang memadu kasih. Batanghari Sembilan adalah nama lain dari provinsi daerah tingkat I Sumatera Selatan yang memiliki 9 (sembilan) sungai besar yaitu : Sungai Kelingi, Sungai Beliti, Sungai Lakitan, Sungai Rawas, Sungai Rupit, Sungai Batang Leko, Sungai Ogan, Sungai Komering dan Sungai Lematang. Sedangkan Tembang Batanghari Sembilan merupakan salah satu kesenian khas Sumatera Selatan yang merupakan salah satu bentuk kesenian suara/lagu. Kostum yang digunakan pada saat pertunjukkan/penampilan kesenian Tembang Batanghari Sembilan pada saat kesenian tersebut belum berkembang adalah : Untuk pakaian laki-laki menggunakan : Telok Belango, Peci Hitam/Kopiah, Kain Sarung/Pelekat (kotak-kotak) dan Cenela (sendal). Sahilin merupakan seniman lagu melayu Batanghari Sembilan dan kabupaten Ogan Komering Ilir adalah salah satu kabupaten yang mempertahankan tradisi dalam berbagai acara mereka. Selain itu kabupaten ini yang memiliki Dewan Kesenian sampai ke kecamatan.

 

DAFTAR PUSTAKA

http://balitbangnovdasumsel.com/warisanbudaya/budaya/17

http://fikrimaulanaadha.blogspot.com/2017/12/makalah-pelestarian-lagu-daerah.html

Minggu, 29 November 2020

Seni Lukisan Lokal

 

SENI LUKIS BUDAYA LOKAL

“LUKISAN LAKER”

 


NAMA : RIZKI PATRIA LINALDI

KELAS : 1IA07

NPM : 51420123


PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama , seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi atau mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film didalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.

Lukisan adalah karya seni yang proses pembuatannya dilakukan dengan memulaskan berbagai warna, dengan kedalaman warna “pigmen” dalam pelarut (atau medium) dan gen pengikat (lem) untuk pengencer air, gen pengikat berupa minyak linen untuk cat minyak dengan pengencer terpenthin, pada permukaan (peyanngga) seperti kertas, kanvas, atau dinding. Ini dilakukan oleh seorang pelukis; dengan kedalaman warna dan cita rasa pelukis, definisi ini digunakan terutama jika ia merupakan pencipta suatu karya lukisan. Manusia telah melukis selama  6 kali lebih lama berbanding penggunaan tulisan. Sebagai contoh lukisan-lukisan yang berada di gua-gua tempat tinggal manusia prasejarah. Kata lukisan berarti lukisan gambar.

 

B.   Rumusan Masalah

1.    Apa seni lukisan  yang berasal dari Palembang?

2.    Apa itu lukisan laker?

3.    Apa saja peralatan yang dibutuhkan dalan melukis lukisan laker?

4.    Bagaimana cara melukis lukisan laker?

 

C.   Tujuan Penelitian

1.    Mengetahui seni lukisan yang berasal dari Palembang

2.    Mengenal dan mengetahui apa itu lukisan laker

3.    Mengetahui peralatan yang dibutuhkan dalam melukis lukisan laker

4.    Mengetahui cara melukis lukisan laker

 

PEMBAHASAN

Pengertian Lukisan Laker

Di kota Palembang terdapat beberapa sanggar seni rupa yang mendidik pelukis dan seniman-seniman muda yang berbakat yaitu sanggar Ganesha yang beralamat di Jl. KH. Ahmad Dahlan no. 74 Kecamatan Bukit Kecil yang di ketuai oleh Bapak Harun Rosidi Kamil. Bermula dari kecintaan terhadap seni lukis membuatnya membentuk sebuah kelompok atau komunitas yang aktif membuat karya-karya seni lukis serta mengembangkan seni lukis di Palembang. Dalam membina dan mengembangkan seni lukis di sanggar ini, Bapak Harun Rosidi Kamil menciptakan karya seni lukis dengan berbagai media dan teknik. Media yang digunakan berbeda dari lukisan pada umumnya, biasanya menggunakan berbagai warna dan berbagai jenis cat, tetapi tidak dengan seni lukis laker, lukisan ini dominan menggunakan warna hitam, merah dan kuning emas. Saat ini seni lukis laker di kota Palembang telah berkembang dengan banyaknya seniman atauperupa yang membuat karya-karya seni rupa khas seni lukis laker. Laker berasal dari bahasa Inggris lacquer (tinner yang digunakan untuk mengawetkan kayu) lukisan ini menggunakan bahan-bahan yang hampir sama pada pembuatan kerajinan lak, tetapi proses pembuatannya berbeda dari lukisan pada umumnya serta membutuhkan waktu yang cukup lama, itu sebabnya harga lukisan ini terbilang lebih mahal dari lukisan biasanya. Lukisan laker dari sanggar Ganesha sudah banyak dikenal dan dikoleksi oleh beberapa kolektor seni dan pejabat-pejabat di kota Palembang untuk menghiasi ruang penting seperti beberapa lukisan laker yang terpajang di ruang rapat kantor Gubernur Sumatera Selatan, di rumah dinas Wali Kota Palembang, dan beberapa kolektor yang mengoleksi seni lukis laker. Herbert Read dalam bukunya yang berjudul The Meaning of Art (1959), menyebutkan bahwa seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk yang disajikan (Dharsono, 2007:7).

Dalam bahasa Inggris, seni dikenal dengan istilah “art”.Dalam bahasa latin seni dikenal dengan istilah “ars” yang berarti keterampilan atau kemahiran. Orang Yunani mengatakan bahwa kata “ art “sama dengan techne, kemudian berkembang menjadi teknik. Jadi seni identik dengan teknik, (Yuliastuti,2009:1). Menurut Leo Tolstoy seni adalah ungkapan perasaan seniman yang disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakannya. Dengan seni, seniman memberikan, menyalurkan, memindahkan perasaannya kepada orang lain sehingga orang itu merasakan apa yang dirasakan sang seniman. Lebih dari itu, orang itu pun dapat menerima perasaan seniman dengan kondisi yang sama, Sumardjo (2000:62-63). Pengertian seni rupa lebih kepada membentuk karya dengan media yang dapat ditangkap secara visual dan dirasakan dengan perabaan. Jika dilihat dari fungsinya, seni rupa terbagi menjadi seni rupa murni dan seni rupa terapan, seni rupa murni yaitu proses penciptaan lebih menekankan pada ekspresi jiwa. Sedangkan seni rupa terapan atau applied art, lebih sering disebut sebagai kriya, yang proses pembuatannya memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Seni rupa merupakan salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk visual atau sering disebut bentuk perupaan, yang merupakan susunan atau komposisi atau satu kesatuan dari unsur-unsur seni rupa. Struktur seni rupa atau penyusunan unsur rupa dalam mewujudkan bentuk pada seni rupa diperlukan hukum atau asas penyusunan, merupakan dasar dari pengamatan/pemahaman seni (Dharsono, 2007:35).

Seni lukis adalah suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dua matra), dengan menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Medium rupa dapat dijangkau melalui berbagai macam jenis material seperti tinta, cat/pigmen tanah liat, semen dan berbagai aplikasi yang memberi kemungkinan untuk mewujudkan medium rupa, Dharsono (2004:36). Aktifitas melukis adalah mengaplikasikan cat, pigmen, warna atau medium lain pada suatu permukaan. Cara mengaplikasikan medium tersebut umumnya dengan kuas, bisa juga dengan alat lain misalnya pisau, spons, dan kuas semprot (airbrushes).

Lukisan Laker

Kata Laker diadopsi dari istilah bahasa Inggris lacquer yaitu bahan damar yang dihasilkan oleh sejenis serangga bernama laccifer lacca. Tumbuhan tempat bertenggernya serangga ini banyak ditemukan di Jepang, Tiongkok dan daerah pegunungan Himalaya.Orang jepang menyadapnya dari pohon tersebut sekali dalam 10 tahun. Di Sumatera Selatanpohon tersebut dikenal dengan nama pohon komalo, (Pagar Alam Post, kamis 26 April 2016). Lukisan laker adalah karya seni lukis khas Palembang, yang memiliki keunikannya sendiri. Lukisan lak Palembang ini belum begitu banyak dikenal oleh masyarakat, karena keberadaanya juga relatif belum lama. Lukisan Laker sendiri merupakan hasil pengembangan dari seni kerajinan lak yang memang sejak lama dikenal oleh masyarakat luas. Seperti halnya seni kerajinan lak, lukisan lak pun memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap cahaya, dengan kata lain lukisan lak ini memiliki pesona yang lebih bila mendapat sumber cahaya yang cukup atau ditempatkan di ruang yang terang. Dari penjelasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa lukisan laker adalah lukisan khas Palembang yang merupakan hasil pengembangan dari seni kerajinan lak Palembang yang memiliki ciri khas tersendiri, baik teknik, proses pembuatan dan warna, seperti pada karya Muhammad Idris pelukis di sanggar Ganesha Palembang berikut ini:


Gambar 1:Seni lukis laker“Masjid Agung Palembang” karya Muhamad Idris, hard board 60x80cm, koleksigaleri sanggar Ganesha Palembang, (Dok: Suparman. foto: Mainur, 2018)

Sanggar Ganesha

Sanggar Ganesha adalah salah satu sanggar seni rupa yang terdapat dikota Palembang yang didirikan pada tahun 1978. Dengan tujuan untuk menghimpun pekerja seni atau seniman muda di Palembang. Sanggar 3 seni rupa yang beralamat di Jl. KH Ahmad Dahlan nomor 74 Bukit Kecil Palembang ini dipimpin oleh Bapak Harun Rosidi Kamil yang merupakan alumni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Institut Teknologi Bandung. Beliau selain aktif mempunyai sanggar juga selaku ketua Himpunan Seni Rupa dari Sumatra Selatan (HSRI-SS), beliau juga adalah tokoh seni rupa atau seniman seni rupa yang juga ikut sebagai pendiri Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) bersama Bapak A. Manaf dan Abdullah Saleh.

Kota Palembang adalah ibu kota Provinsi Sumatera Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan lukisan laker yang dilakukan di sanggar Ganesha. Sanggar Ganesha pertama kali terbentuk di Bandung pada tahun 1978, anggotanya terdiri dari mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berasal dari kota Palembang. Pada tahun 1980 Bapak Harun Rosidi Kamil yang merupakan salah satu pendiri dari sanggar Ganesha ini kembali ke kota kelahirannya dan mendirikan sanggar Ganesha di tempat rumah kediamannya yang beralamat di Jln. KH. Ahmad Dahlan nomor 74 Bukit Kecil Palembang. Lokasi sanggar ini begitu strategis, terletak di pinggir jalan raya dan ditengah tengah kota dan berdekatan dengan wisata taman Kambang Iwak dan rumah dinas Wali Kota. Akan tetapi agak sedikit sulit menemukannya karena di halaman tempat lokasi tidak terdapat plank yang menunjukkan tempat lokasi sanggar Ganesha. Melukis lak adalah kegiatan melukis yang menggunakan laker sebagai salah-satu dari media lukisnya. Laker identik dengan kuning yang menjadi pelapis hiasan dengan sapuan cat hitam, dan keemasan hingga terlihat mencolok. Banyak masyarakat Palembang menamai hiasan pewarna tersebut dengan istilah lak atau laker, walaupun namalak lebih kental dengan istilah lemari ukir Palembang. Dalam penelitian ini penulis mengamati proses pembuatan lukisan laker secara langsung di sanggar Ganesha yang dilakukan oleh Muhammad Idris salah seorang anggota dan seniman di sanggar Ganesha. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan lukisan laker sama seperti alat yang digunakan pada alat lukis pada umumnya yaitu 4 kuas, palet, dan pensil. Sementara gergaji dan amplas digunakan untuk mengolah media yang akan dilukis. Alat-alat yang digunakan yaitu:

 

Gambar 2: Alat-alat

1. Gergaji : Berfungsi untuk memotong Hard Board / MDF atau medialukis. 2. Palet : Merupakan tempat atau wadah untuk cat warna emas.

3. Kuas :Berfungsiuntuk mengaplikasikan cat atau warna dan memberi bentuk pada lukisan.

4. Pensil : Berfungsi untuk membuat sketsa awal lukisan.

5. Amplas : Berfungsi meratakan atau menghaluskan media dan lukisan.

6. Kainlap: Berfungsi untuk membersihkan kuas.

Dalam teknik melukis laker akan melalui tiga proses tahapan yaitu tahap awal, tahap kedua, dan tahap akhir. Berikut adalah tahapan tahapan tersebut:

1.    Tahap Awal

Media yang telah disiapkan dan dipotong sesuai ukuran diberi warna dasar dengan menggunakan cat minyak yang telah dicampur dengan tinner.

Media yang telah diberi warna dasar dan catnya telah kering lalu dibuat sketsa gambar dengan menggunakan pensil.

 

Setelah digambar sketsa dengan menggunakan pensil lalu gambar sketsa tersebut diperjelas atau dilukis dengan cat warna hitam dari tinta cina dan cat berwarna emas dari serbuk emas (perada) yang telah dicampur pernis (kayu) menggunakan kuas.

 

 


2.    Tahap Kedua

Di tahap kedua setelah Media telah di lukis dengan menggunakan tinta cina dan cat emas lukisan kemudian di jemur beberapa menit, setelah dijemur beberapa menit lukisan lalu dipoles atau dilapisi dengan lacquer lalu di jemur lagi kemudian dipoles lagi lalu dijemur lagi hingga 4-5 kali pemolesan dan penjemuran hingga warnanya menjadi kecoklatan dan berkilau.

 


Setelah lukisan dijemur beberapa jam dan telah kering lukisan lalu diamplas menggunakan amplas halus yang dibasahi dengan air, pengamplasan dilakukan agar permukaannya halus dan mudah dilukis,setelah rata dan halus baru kemudian dilukis lagi dengan menggunakan tinta cina dan cat emas.


 

3.    Tahap Ketiga

Di tahap ketiga, media yang telah dilukis di tahap kedua kemudian di jemur lagi beberapa menit. Setelah dijemur lukisan lalu di poles lagi dengan menggunakan laker dan dijemur berulang hingga 3 kali pemolesan dan penjemuran.

 


Setelah lukisan di poles menggunakan laker dan dijemur kemudian lukisan diamplas lagi menggunakan amplas halus dengan dibasahi air kemudian dijemur lagi.

 


Media yang telah diamplas dan dijemur lalu dilukis lagi dengan cat hitam dan emas.

 


4.    Tahap Akhir

Tahap akhir ini merupakan tahap finishing, Media yang telah dilukis di tahap ke 3 lalu dipoles lagi menggunakan laker lalu dijemur secara berulang sebanyak 2 kali pemolesan dan penjemuran.Lukisan yang telah poles menggunakan laker dan dijemur kemudian diamplas lagi menggunakan amplas halus sambil dibasahi dengan menggunakan air agar permukaan lukisan halus. Kemudian lukisan lalu dijemur hingga kering.

 


Setelah diamplas dan dijemur hingga kering baru kemudian ke proses finishing yaitu pemolesanpernis pada lukisan dengan menggunakan kuas lalu dijemur lagi. Di proses finishing akan terlihat lukisan tampak lebih berkilau dan menandakan bahwa lukisan telah jadi atau selesai dibuat.

Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti atau tempat yang menjadi pokok permasalahan yang dihadapi. Maka diperlukan pengamatan dengan cara observasi dan melihat secara langsung terhadap karya-karya lukisan laker yang ada di galeri serta keadaan di sanggar ganesha.

BAB III

PENUTUP

 

Kesimpulan :

Adapun kesimpulan yang dapat diuraikan dari hasil penelitian mengenai proses pembuatan karya seni lukis laker di sanggar Ganesha Palembang adalah:

Lukisan laker adalah karya seni rupa murni dua dimensi yang merupakan hasil pengembangan dari seni kerajinan lak Palembang yang memiliki ciri khas tersendiri.Laker identik dengan kuning yang menjadi pelapis hiasan dengan sapuan cat hitam, dan keemasan hingga terlihat mencolok. Dari beberapa referensi, diketahui namalaker diadopsi dari istilah bahasa Inggris lacquer, yaitu bahan damar yang dihasilkan oleh sejenis serangga bernama Laccifer lacca.Tumbuhan 9 tersebut merupakan tempat bertenggernya serangga dan banyak ditemukan di Jepang, Tiongkok, dan Pegunungan Himalaya.

Bahan utama yang digunakan merupakan bahan-bahan tradisional diantaranya yaitu kemalau, atau berupa butiran-butiran yang berbentuk seperti sarang semut yang dihasilkan dari pohon durian, serbuk emas atau yang biasa disebut parada.Bahan yang dijadikan media yaitu Hardboart, MDF, atau papan triplek yang permukaannya datar. Dan bahan pendukung lainnya adalah spritus, cat minyak, tinner, pernis, dan minyak tanah.

Alat yang digunakan dalam membuat lukisan laker yaitu sama halnya seperti alat melukis pada umumnya seperti kuas, palet, pensil. Sementara gergaji digunakan untuk memotong media sesuai ukuran yang diinginkan dan amplas digunakan untuk meratakan atau menghaluskan permukaan media yang akan dilukis.

Teknik dalam membuat lukisan laker memiliki 4 tahapan yaitu, tahapan pertama pemberian warna dasar dengan menggunakan cat minyak berwarna silver, pembuatan sketsa, dan membentuk gambar. Tahapan kedua yaitu pemolesan lacquer, penjemuran, pengamplasan, pewarnaan. Tahap ketiga yaitu pemolesan lacquer, penjemuran, pengamplasan, pewarnaan. Dan tahap ke empat pemolesan lacquer, penjemuran, dan finishing pemolesan dengan menggunakan pernis.

Lukisan laker memiliki bentuk yang unik dengan paduan warna hitam, kuning emas kecoklatan yang berkilau membuat orang yang melihat lukisan laker ini seakan bernostalgia lantaran gaya lukisannya yang terlihat klasik, ditambah lagi objek yang dilukis rata-rata bentuk atau gambaran budaya yang ada di kota Palembang.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://kumpulanmakalah-cncnets.blogspot.com/2012/02/makalah-seni-lukis.html

https://media.neliti.com/media/publications/325741-bentuk-seni-lukis-laker-di-sanggar-ganes-5e79c8d0.pdf

 

Musik dan Lagu Daerah

  MUSIK DAN LAGU DAERAH “BATANGHARI SEMBILAN” NAMA : RIZKI PATRIA LINALDI KELAS : 1IA07 NPM : 51420123 PENDAHULUAN A.    Latar...