Budaya Tarian Lokal
“Tari Turak”
Nama : Rizki Patria Linaldi
Kelas : 1IA07
NPM : 51420123
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang Masalah
Kehidupan manusia setiap tahunnya terus mengalami kemajuan dan perubahan, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun kebudayaan. Pada saat ini masyarakat sangat mengenal dengan teknologi,sehingga sangat mudah untuk masyarakat terpengaruh oleh budaya luar. Hal ini membuat masyarakat lupa bahwa di negaranya dan di daerahnya banyak sekali budaya yang ada. Pada setiap daerah terdapat budaya yang berbeda-beda, namun terkadang ada yang sama. Di daerah Musi Rawas juga ada budaya tersendiri berupa Budaya Tariannya. Karena itu untuk mengetahui budaya ini kepada masyarakat lebih lanjut pahami pembahasan yang ada.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa budaya tarian lokal di daerah Musi Rawas?
2. Mengapa banyak masyarakat tidak mengetahui tentang budaya tarian di daerahnya?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengenal dan mengetahui budaya tarian lokal di daerah Musi Rawas
2. Memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai budaya tarian di daerahnya
Pembahasan
A.
Pengertian
Tari Turak
Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas jika dilihat dari sisi adat
istiadat dan budaya masyarakatnya adalah satu. Di masa lalu, jauh sebelum
kemerdekaan Indonesia, kedua daerah ini secara administratif adalah sama, di
mana Kabupaten Musi Rawas menjadikan Lubuklinggau sebagai ibukota kabupaten. Meskipun Lubuklinggau membentuk pemerintahan sendiri menjadi kota madya
(Daerah Otonom) dengan nama Kota Lubuklinggau mulai tahun 2001, kebudayaan
masyarakat yang berkembang di kedua wilayah yang berpisah secara administratif
ini tetaplah sama.
Hal ini tampak jelas dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari, selain itu pakaian adat, tarian daerah, lagu daerah,
beragam budaya dan adat istiadat masih tetap sama dan tidak mengalami perbedaan
yang mencolok. Asal usul masyarakat yang sama yang terbentuk jauh sebelum
kemerdekaan bangsa ini (zaman kolonial Belanda) menjadi faktor utama
terbentuknya keseragaman kehidupan sosial budaya masyarakat di Kabupaten Musi
Rawas dan Kota Lubuklinggau.
Koentjaraningrat (2009) menegaskan bahwa masyarakat terbentuk akibat adanya
pola tingkah laku yang bersifat mantap, kontinu dan kemudian menjadi adat
istiadat yang khas. Kekhasan adat istiadat dalam suatu komunitas sosial
masyarakat inilah yang tampak pada kesamaan adat istiadat dan budaya antara
masyarakat Lubuklinggau dan Musi Rawas.
Tari Turak merupakan salah satu tari tradisional yang berkembang di
Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau di samping berbagai tarian
tradisional dan tari kreasi modern yang ada di wilayah ini. Rekam sejarah
Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau yang dulunya adalah satu kesatuan
menjadikan Tari Turak dikenal dan ditarikan hingga saat ini oleh masyarakatnya.
Tari Turak adalah tarian tradisional yang sangat unik jika dibandingkan
dengan tarian lainnya yang ada di Lubuklinggau dan Musi Rawas. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Dosen Program Studi Sejarah STKIP PGRI Lubuklinggau, yakni
Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum (ketua tim peneliti) dan Risa Marta Yati,
M.Hum (anggota tim peneliti) Hibah Ristekdikti tahun 2019, memperlihatkan bahwa
keunikan Tari Turak terletak pada “Turak” yang digunakan sebagai properti
tarian ini.
Turak diperkirakan
berasal dari kata Turak yang diartikan sebagai senjata bambu. Nama Turak inilah
kemudian yang digunakan sebagai nama Tari Turak dan menjadi ciri khas tarian
ini.
B.
Sejarah Tari
Turak
Berdasarkan hasil
penelitian Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum dan Risa Marta Yati, M.Hum dengan
narasumber yang mengetahui tentang Tari Turak, diantaranya adalah Ibu Lilian,
Pemilik Sanggar Serumpun di Terawas dan Bapak Mohammad Asnan, mantan Anggota
Dewan Kesenian Kota Lubuklinggau, disimpulkan Tari Turak telah ada sejak masa
revolusi kemerdekaan Indonesia.
Tari Turak ditarikan
untuk menyambut tentara NICA (Belanda) yang ingin kembali menguasai wilayah
Terawas dan Musi Ulu. Di dalam Turak diisi dengan pasir dan cabai sehingga
apabila Turak diputar (diguncang) akan mengenai mata tentara NICA yang menonton
tarian ini. Di saat tentara NICA lengah akibat mata yang perih kena air cabai,
para pemuda dan masyarakat Terawas melucuti senjata mereka.
Kecerdikan masyarakat
Terawas dalam melumpuhkan tentara NICA melalui Tari Turak menjadikan tarian ini
sebagai tari perjuangan yang memiliki nilai historis yang sangat besar dalam
membantu perjuangan rakyat khususnya di Kabupaten Musi Rawas dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
Penggunaan Turak
sebagai senjata untuk melumpuhkan penjajah mengubah makna pementasan Tari Turak
dari awalnya sebagai tari sambut, menjadi sebuah tarian perang yang berbeda
dengan tarian perang lainnya yang menggunakan senjata sungguhan seperti pisau
ataupun tombak yang berbahan dasar logam sebagai properti tari.
C.
Perkembangan Tari
Turak
Selain penggunaan
Turak sebagai properti tari, gerakan tarian serta iringan musik ini yang tidak
terlalu bervariasi bahkan terkesan kaku dan monoton, secara implisit menunjukan
bahwa tarian ini bukan ditujukan sepenuhnya untuk tujuan artistik, namun lebih
pada waspada saat menyambut tamu asing yang datang ke wilayah mereka. Gerak
yang ditampilkan Tari Turak ini antara lain gerak undur silang, gerak sembah
duduk, gerak melenggang kapit selendang, gerak undur guncang Turak, gerak
guncang Turak atas dan bawah, gerak guncang Turak samping kanan, depan dan
samping kiri, gerak tabur sumbat, gerak putar Turak, gerak sembah Turak, gerak
silang Turak.
Temuan hasil
penelitian lapangan lainnya menunjukkan bahwa ada variasi lain dari gerakan
Tari Turak yakni: gerakan maju-mundur, liuk selendang, sembah duduk, ngalui,
angkat Turak, angkat Turak putar, liuk Turak, guncang Turak duduk, guncang
Turak berdiri, Turak bahu, guncang Turak lurus, putar Turak, sembah akhir dan
terbang. Saat ini kreasi Tari Turak telah banyak diciptakan oleh penggiat seni
tari seperti di Lubuklinggau yang mengenal adanya Tari Turak bahalindang, Tari
Turak kipas, dan Tari Turak selendang.
Peneliti saat mewawancarai
Ibu Lilian dan Bapak Muhammad Asnan
Tingginya nilai
historis dalam upaya melawan penjajahan Belanda di masa perjuangan kemerdekaan
Indonesia yang terkandung dalam Tari Turak berbanding terbalik dengan animo
para generasi muda di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau untuk mengenal
serta melestarikan tarian ini.
Derasnya arus
globalisasi yang dibanjiri oleh tarian dari luar negeri seperi K-Pop, J-Pop dan
tarian Barat yang dilabeli sebagai tarian modern masa kini membuat Tari Turak
yang merupakan produk asli warisan nenek moyang dianggap sebagai tarian yang
tidak menarik dalam kacamata generasi muda masa kini. Jika situasi ini
dibiarkan berlarut-larut, tentu saja akan membawa pada punahnya tarian ini yang
berarti punah juga warisan budaya milik masyarakat Musi Rawas dan Lubuklinggau.
Risa Marta Yati, M.Hum
dan Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum mengharapkan adanya dukungan dan upaya
sinergitas dari pemerintah,stakeholder serta masyarakat Kota Lubuklinggau dan
Kabupaten Musi Rawas untuk memopulerkan tarian ini di kalangan generasi muda
demi memupuk jiwa nasionalisme dan kebanggaan mereka akan budaya lokal yang
dilahirkan nenek moyang mereka di masa lalu. Jangan sampai generasi yang akan
datang tidak mengenal Tari Turak yang melambangkan kegigihan masyarakat dikedua
wilayah ini dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
BAB III
Penutup
Kesimpulan :
Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas jika dilihat dari sisi adat istiadat dan budaya masyarakatnya adalah satu. Di masa lalu, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, kedua daerah ini secara administratif adalah sama, di mana Kabupaten Musi Rawas menjadikan Lubuklinggau sebagai ibukota kabupaten. Hal ini tampak jelas dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, selain itu pakaian adat, tarian daerah, lagu daerah, beragam budaya dan adat istiadat masih tetap sama dan tidak mengalami perbedaan yang mencolok. Koentjaraningrat (2009) menegaskan bahwa masyarakat terbentuk akibat adanya pola tingkah laku yang bersifat mantap, kontinu dan kemudian menjadi adat istiadat yang khas. Kekhasan adat istiadat dalam suatu komunitas sosial masyarakat inilah yang tampak pada kesamaan adat istiadat dan budaya antara masyarakat Lubuklinggau dan Musi Rawas. Tari Turak merupakan salah satu tari tradisional yang berkembang di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau di samping berbagai tarian tradisional dan tari kreasi modern yang ada di wilayah ini. Tari Turak adalah tarian tradisional yang sangat unik jika dibandingkan dengan tarian lainnya yang ada di Lubuklinggau dan Musi Rawas. Turak diperkirakan berasal dari kata Turak yang diartikan sebagai senjata bambu. Nama Turak inilah kemudian yang digunakan sebagai nama Tari Turak dan menjadi ciri khas tarian ini.
Tari Turak ditarikan untuk menyambut tentara NICA
(Belanda) yang ingin kembali menguasai wilayah Terawas dan Musi Ulu. Selain
penggunaan Turak sebagai properti tari, gerakan tarian serta iringan musik ini
yang tidak terlalu bervariasi bahkan terkesan kaku dan monoton, secara implisit
menunjukan bahwa tarian ini bukan ditujukan sepenuhnya untuk tujuan artistik,
namun lebih pada waspada saat menyambut tamu asing yang datang ke wilayah
mereka. Temuan hasil penelitian lapangan lainnya menunjukkan bahwa ada variasi
lain dari gerakan Tari Turak yakni: gerakan maju-mundur, liuk selendang, sembah
duduk, ngalui, angkat Turak, angkat Turak putar, liuk Turak, guncang Turak
duduk, guncang Turak berdiri, Turak bahu, guncang Turak lurus, putar Turak,
sembah akhir dan terbang. Saat ini kreasi Tari Turak telah banyak diciptakan
oleh penggiat seni tari seperti di Lubuklinggau yang mengenal adanya Tari Turak
bahalindang, Tari Turak kipas, dan Tari Turak selendang. Derasnya arus
globalisasi yang dibanjiri oleh tarian dari luar negeri seperi K-Pop, J-Pop dan
tarian Barat yang dilabeli sebagai tarian modern masa kini membuat Tari Turak
yang merupakan produk asli warisan nenek moyang dianggap sebagai tarian yang
tidak menarik dalam kacamata generasi muda masa kini. Jika situasi ini
dibiarkan berlarut-larut, tentu saja akan membawa pada punahnya tarian ini yang
berarti punah juga warisan budaya milik masyarakat Musi Rawas dan Lubuklinggau.
Risa Marta Yati, M.Hum dan Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum mengharapkan adanya
dukungan dan upaya sinergitas dari pemerintah,stakeholder serta masyarakat Kota
Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas untuk memopulerkan tarian ini di kalangan
generasi muda demi memupuk jiwa nasionalisme dan kebanggaan mereka akan budaya
lokal yang dilahirkan nenek moyang mereka di masa lalu. Jangan sampai generasi
yang akan datang tidak mengenal Tari Turak yang melambangkan kegigihan
masyarakat dikedua wilayah ini dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
https://sevima.com/10-contoh-karya-tulis-ilmiah-kti-yang-baik-benar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar