Selasa, 10 November 2020

Budaya Tarian Lokal

 

Budaya Tarian Lokal

“Tari Turak”

 

Nama : Rizki Patria Linaldi

Kelas : 1IA07

NPM : 51420123


Pendahuluan

A.   Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia setiap tahunnya terus mengalami kemajuan dan perubahan, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun kebudayaan. Pada saat ini masyarakat sangat mengenal dengan teknologi,sehingga sangat mudah untuk masyarakat terpengaruh oleh budaya luar. Hal ini membuat masyarakat lupa bahwa di negaranya dan di daerahnya banyak sekali budaya yang ada. Pada setiap daerah terdapat budaya yang berbeda-beda, namun terkadang ada yang sama. Di daerah Musi Rawas juga ada budaya tersendiri berupa Budaya Tariannya. Karena itu untuk mengetahui budaya ini kepada masyarakat lebih lanjut pahami pembahasan yang ada.

B.   Rumusan Masalah

1.  Apa budaya tarian lokal di daerah Musi Rawas?

2.  Mengapa banyak masyarakat tidak mengetahui tentang budaya tarian di                           daerahnya?

C.   Tujuan Penelitian

1.  Mengenal dan mengetahui budaya tarian lokal di daerah Musi Rawas

2.  Memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai budaya tarian di daerahnya

 

Pembahasan

A.   Pengertian Tari Turak

Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas jika dilihat dari sisi adat istiadat dan budaya masyarakatnya adalah satu. Di masa lalu, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, kedua daerah ini secara administratif adalah sama, di mana Kabupaten Musi Rawas menjadikan Lubuklinggau sebagai ibukota kabupaten. Meskipun Lubuklinggau membentuk pemerintahan sendiri menjadi kota madya (Daerah Otonom) dengan nama Kota Lubuklinggau mulai tahun 2001, kebudayaan masyarakat yang berkembang di kedua wilayah yang berpisah secara administratif ini tetaplah sama.

Hal ini tampak jelas dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, selain itu pakaian adat, tarian daerah, lagu daerah, beragam budaya dan adat istiadat masih tetap sama dan tidak mengalami perbedaan yang mencolok. Asal usul masyarakat yang sama yang terbentuk jauh sebelum kemerdekaan bangsa ini (zaman kolonial Belanda) menjadi faktor utama terbentuknya keseragaman kehidupan sosial budaya masyarakat di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau.

Koentjaraningrat (2009) menegaskan bahwa masyarakat terbentuk akibat adanya pola tingkah laku yang bersifat mantap, kontinu dan kemudian menjadi adat istiadat yang khas. Kekhasan adat istiadat dalam suatu komunitas sosial masyarakat inilah yang tampak pada kesamaan adat istiadat dan budaya antara masyarakat Lubuklinggau dan Musi Rawas.

Tari Turak merupakan salah satu tari tradisional yang berkembang di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau di samping berbagai tarian tradisional dan tari kreasi modern yang ada di wilayah ini. Rekam sejarah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau yang dulunya adalah satu kesatuan menjadikan Tari Turak dikenal dan ditarikan hingga saat ini oleh masyarakatnya.

Tari Turak adalah tarian tradisional yang sangat unik jika dibandingkan dengan tarian lainnya yang ada di Lubuklinggau dan Musi Rawas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dosen Program Studi Sejarah STKIP PGRI Lubuklinggau, yakni Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum (ketua tim peneliti) dan Risa Marta Yati, M.Hum (anggota tim peneliti) Hibah Ristekdikti tahun 2019, memperlihatkan bahwa keunikan Tari Turak terletak pada “Turak” yang digunakan sebagai properti tarian ini.

Turak diperkirakan berasal dari kata Turak yang diartikan sebagai senjata bambu. Nama Turak inilah kemudian yang digunakan sebagai nama Tari Turak dan menjadi ciri khas tarian ini.

B.   Sejarah Tari Turak

Berdasarkan hasil penelitian Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum dan Risa Marta Yati, M.Hum dengan narasumber yang mengetahui tentang Tari Turak, diantaranya adalah Ibu Lilian, Pemilik Sanggar Serumpun di Terawas dan Bapak Mohammad Asnan, mantan Anggota Dewan Kesenian Kota Lubuklinggau, disimpulkan Tari Turak telah ada sejak masa revolusi kemerdekaan Indonesia.

Tari Turak ditarikan untuk menyambut tentara NICA (Belanda) yang ingin kembali menguasai wilayah Terawas dan Musi Ulu. Di dalam Turak diisi dengan pasir dan cabai sehingga apabila Turak diputar (diguncang) akan mengenai mata tentara NICA yang menonton tarian ini. Di saat tentara NICA lengah akibat mata yang perih kena air cabai, para pemuda dan masyarakat Terawas melucuti senjata mereka.

Kecerdikan masyarakat Terawas dalam melumpuhkan tentara NICA melalui Tari Turak menjadikan tarian ini sebagai tari perjuangan yang memiliki nilai historis yang sangat besar dalam membantu perjuangan rakyat khususnya di Kabupaten Musi Rawas dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Penggunaan Turak sebagai senjata untuk melumpuhkan penjajah mengubah makna pementasan Tari Turak dari awalnya sebagai tari sambut, menjadi sebuah tarian perang yang berbeda dengan tarian perang lainnya yang menggunakan senjata sungguhan seperti pisau ataupun tombak yang berbahan dasar logam sebagai properti tari.

C.   Perkembangan Tari Turak

Selain penggunaan Turak sebagai properti tari, gerakan tarian serta iringan musik ini yang tidak terlalu bervariasi bahkan terkesan kaku dan monoton, secara implisit menunjukan bahwa tarian ini bukan ditujukan sepenuhnya untuk tujuan artistik, namun lebih pada waspada saat menyambut tamu asing yang datang ke wilayah mereka. Gerak yang ditampilkan Tari Turak ini antara lain gerak undur silang, gerak sembah duduk, gerak melenggang kapit selendang, gerak undur guncang Turak, gerak guncang Turak atas dan bawah, gerak guncang Turak samping kanan, depan dan samping kiri, gerak tabur sumbat, gerak putar Turak, gerak sembah Turak, gerak silang Turak.

Temuan hasil penelitian lapangan lainnya menunjukkan bahwa ada variasi lain dari gerakan Tari Turak yakni: gerakan maju-mundur, liuk selendang, sembah duduk, ngalui, angkat Turak, angkat Turak putar, liuk Turak, guncang Turak duduk, guncang Turak berdiri, Turak bahu, guncang Turak lurus, putar Turak, sembah akhir dan terbang. Saat ini kreasi Tari Turak telah banyak diciptakan oleh penggiat seni tari seperti di Lubuklinggau yang mengenal adanya Tari Turak bahalindang, Tari Turak kipas, dan Tari Turak selendang.

Peneliti saat mewawancarai Ibu Lilian dan Bapak Muhammad Asnan

Tingginya nilai historis dalam upaya melawan penjajahan Belanda di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia yang terkandung dalam Tari Turak berbanding terbalik dengan animo para generasi muda di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau untuk mengenal serta melestarikan tarian ini.

Derasnya arus globalisasi yang dibanjiri oleh tarian dari luar negeri seperi K-Pop, J-Pop dan tarian Barat yang dilabeli sebagai tarian modern masa kini membuat Tari Turak yang merupakan produk asli warisan nenek moyang dianggap sebagai tarian yang tidak menarik dalam kacamata generasi muda masa kini. Jika situasi ini dibiarkan berlarut-larut, tentu saja akan membawa pada punahnya tarian ini yang berarti punah juga warisan budaya milik masyarakat Musi Rawas dan Lubuklinggau.

Risa Marta Yati, M.Hum dan Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum mengharapkan adanya dukungan dan upaya sinergitas dari pemerintah,stakeholder serta masyarakat Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas untuk memopulerkan tarian ini di kalangan generasi muda demi memupuk jiwa nasionalisme dan kebanggaan mereka akan budaya lokal yang dilahirkan nenek moyang mereka di masa lalu. Jangan sampai generasi yang akan datang tidak mengenal Tari Turak yang melambangkan kegigihan masyarakat dikedua wilayah ini dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

 

BAB III

Penutup

 

Kesimpulan :

Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas jika dilihat dari sisi adat istiadat dan budaya masyarakatnya adalah satu. Di masa lalu, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, kedua daerah ini secara administratif adalah sama, di mana Kabupaten Musi Rawas menjadikan Lubuklinggau sebagai ibukota kabupaten. Hal ini tampak jelas dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, selain itu pakaian adat, tarian daerah, lagu daerah, beragam budaya dan adat istiadat masih tetap sama dan tidak mengalami perbedaan yang mencolok. Koentjaraningrat (2009) menegaskan bahwa masyarakat terbentuk akibat adanya pola tingkah laku yang bersifat mantap, kontinu dan kemudian menjadi adat istiadat yang khas. Kekhasan adat istiadat dalam suatu komunitas sosial masyarakat inilah yang tampak pada kesamaan adat istiadat dan budaya antara masyarakat Lubuklinggau dan Musi Rawas. Tari Turak merupakan salah satu tari tradisional yang berkembang di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau di samping berbagai tarian tradisional dan tari kreasi modern yang ada di wilayah ini. Tari Turak adalah tarian tradisional yang sangat unik jika dibandingkan dengan tarian lainnya yang ada di Lubuklinggau dan Musi Rawas. Turak diperkirakan berasal dari kata Turak yang diartikan sebagai senjata bambu. Nama Turak inilah kemudian yang digunakan sebagai nama Tari Turak dan menjadi ciri khas tarian ini. 

Tari Turak ditarikan untuk menyambut tentara NICA (Belanda) yang ingin kembali menguasai wilayah Terawas dan Musi Ulu. Selain penggunaan Turak sebagai properti tari, gerakan tarian serta iringan musik ini yang tidak terlalu bervariasi bahkan terkesan kaku dan monoton, secara implisit menunjukan bahwa tarian ini bukan ditujukan sepenuhnya untuk tujuan artistik, namun lebih pada waspada saat menyambut tamu asing yang datang ke wilayah mereka. Temuan hasil penelitian lapangan lainnya menunjukkan bahwa ada variasi lain dari gerakan Tari Turak yakni: gerakan maju-mundur, liuk selendang, sembah duduk, ngalui, angkat Turak, angkat Turak putar, liuk Turak, guncang Turak duduk, guncang Turak berdiri, Turak bahu, guncang Turak lurus, putar Turak, sembah akhir dan terbang. Saat ini kreasi Tari Turak telah banyak diciptakan oleh penggiat seni tari seperti di Lubuklinggau yang mengenal adanya Tari Turak bahalindang, Tari Turak kipas, dan Tari Turak selendang. Derasnya arus globalisasi yang dibanjiri oleh tarian dari luar negeri seperi K-Pop, J-Pop dan tarian Barat yang dilabeli sebagai tarian modern masa kini membuat Tari Turak yang merupakan produk asli warisan nenek moyang dianggap sebagai tarian yang tidak menarik dalam kacamata generasi muda masa kini. Jika situasi ini dibiarkan berlarut-larut, tentu saja akan membawa pada punahnya tarian ini yang berarti punah juga warisan budaya milik masyarakat Musi Rawas dan Lubuklinggau. Risa Marta Yati, M.Hum dan Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum mengharapkan adanya dukungan dan upaya sinergitas dari pemerintah,stakeholder serta masyarakat Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas untuk memopulerkan tarian ini di kalangan generasi muda demi memupuk jiwa nasionalisme dan kebanggaan mereka akan budaya lokal yang dilahirkan nenek moyang mereka di masa lalu. Jangan sampai generasi yang akan datang tidak mengenal Tari Turak yang melambangkan kegigihan masyarakat dikedua wilayah ini dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

 

DAFTAR PUSTAKA

https://sevima.com/10-contoh-karya-tulis-ilmiah-kti-yang-baik-benar/

https://www.linggaupos.co.id/tari-turak-warisan-budaya-kabupaten-mura-dan-kota-lubuklinggau-peran-aktif-generasi-muda-diperlukan-untuk-melestarikannya/

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Musik dan Lagu Daerah

  MUSIK DAN LAGU DAERAH “BATANGHARI SEMBILAN” NAMA : RIZKI PATRIA LINALDI KELAS : 1IA07 NPM : 51420123 PENDAHULUAN A.    Latar...