Minggu, 29 November 2020

Seni Lukisan Lokal

 

SENI LUKIS BUDAYA LOKAL

“LUKISAN LAKER”

 


NAMA : RIZKI PATRIA LINALDI

KELAS : 1IA07

NPM : 51420123


PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama , seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi atau mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film didalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.

Lukisan adalah karya seni yang proses pembuatannya dilakukan dengan memulaskan berbagai warna, dengan kedalaman warna “pigmen” dalam pelarut (atau medium) dan gen pengikat (lem) untuk pengencer air, gen pengikat berupa minyak linen untuk cat minyak dengan pengencer terpenthin, pada permukaan (peyanngga) seperti kertas, kanvas, atau dinding. Ini dilakukan oleh seorang pelukis; dengan kedalaman warna dan cita rasa pelukis, definisi ini digunakan terutama jika ia merupakan pencipta suatu karya lukisan. Manusia telah melukis selama  6 kali lebih lama berbanding penggunaan tulisan. Sebagai contoh lukisan-lukisan yang berada di gua-gua tempat tinggal manusia prasejarah. Kata lukisan berarti lukisan gambar.

 

B.   Rumusan Masalah

1.    Apa seni lukisan  yang berasal dari Palembang?

2.    Apa itu lukisan laker?

3.    Apa saja peralatan yang dibutuhkan dalan melukis lukisan laker?

4.    Bagaimana cara melukis lukisan laker?

 

C.   Tujuan Penelitian

1.    Mengetahui seni lukisan yang berasal dari Palembang

2.    Mengenal dan mengetahui apa itu lukisan laker

3.    Mengetahui peralatan yang dibutuhkan dalam melukis lukisan laker

4.    Mengetahui cara melukis lukisan laker

 

PEMBAHASAN

Pengertian Lukisan Laker

Di kota Palembang terdapat beberapa sanggar seni rupa yang mendidik pelukis dan seniman-seniman muda yang berbakat yaitu sanggar Ganesha yang beralamat di Jl. KH. Ahmad Dahlan no. 74 Kecamatan Bukit Kecil yang di ketuai oleh Bapak Harun Rosidi Kamil. Bermula dari kecintaan terhadap seni lukis membuatnya membentuk sebuah kelompok atau komunitas yang aktif membuat karya-karya seni lukis serta mengembangkan seni lukis di Palembang. Dalam membina dan mengembangkan seni lukis di sanggar ini, Bapak Harun Rosidi Kamil menciptakan karya seni lukis dengan berbagai media dan teknik. Media yang digunakan berbeda dari lukisan pada umumnya, biasanya menggunakan berbagai warna dan berbagai jenis cat, tetapi tidak dengan seni lukis laker, lukisan ini dominan menggunakan warna hitam, merah dan kuning emas. Saat ini seni lukis laker di kota Palembang telah berkembang dengan banyaknya seniman atauperupa yang membuat karya-karya seni rupa khas seni lukis laker. Laker berasal dari bahasa Inggris lacquer (tinner yang digunakan untuk mengawetkan kayu) lukisan ini menggunakan bahan-bahan yang hampir sama pada pembuatan kerajinan lak, tetapi proses pembuatannya berbeda dari lukisan pada umumnya serta membutuhkan waktu yang cukup lama, itu sebabnya harga lukisan ini terbilang lebih mahal dari lukisan biasanya. Lukisan laker dari sanggar Ganesha sudah banyak dikenal dan dikoleksi oleh beberapa kolektor seni dan pejabat-pejabat di kota Palembang untuk menghiasi ruang penting seperti beberapa lukisan laker yang terpajang di ruang rapat kantor Gubernur Sumatera Selatan, di rumah dinas Wali Kota Palembang, dan beberapa kolektor yang mengoleksi seni lukis laker. Herbert Read dalam bukunya yang berjudul The Meaning of Art (1959), menyebutkan bahwa seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk yang disajikan (Dharsono, 2007:7).

Dalam bahasa Inggris, seni dikenal dengan istilah “art”.Dalam bahasa latin seni dikenal dengan istilah “ars” yang berarti keterampilan atau kemahiran. Orang Yunani mengatakan bahwa kata “ art “sama dengan techne, kemudian berkembang menjadi teknik. Jadi seni identik dengan teknik, (Yuliastuti,2009:1). Menurut Leo Tolstoy seni adalah ungkapan perasaan seniman yang disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakannya. Dengan seni, seniman memberikan, menyalurkan, memindahkan perasaannya kepada orang lain sehingga orang itu merasakan apa yang dirasakan sang seniman. Lebih dari itu, orang itu pun dapat menerima perasaan seniman dengan kondisi yang sama, Sumardjo (2000:62-63). Pengertian seni rupa lebih kepada membentuk karya dengan media yang dapat ditangkap secara visual dan dirasakan dengan perabaan. Jika dilihat dari fungsinya, seni rupa terbagi menjadi seni rupa murni dan seni rupa terapan, seni rupa murni yaitu proses penciptaan lebih menekankan pada ekspresi jiwa. Sedangkan seni rupa terapan atau applied art, lebih sering disebut sebagai kriya, yang proses pembuatannya memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Seni rupa merupakan salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk visual atau sering disebut bentuk perupaan, yang merupakan susunan atau komposisi atau satu kesatuan dari unsur-unsur seni rupa. Struktur seni rupa atau penyusunan unsur rupa dalam mewujudkan bentuk pada seni rupa diperlukan hukum atau asas penyusunan, merupakan dasar dari pengamatan/pemahaman seni (Dharsono, 2007:35).

Seni lukis adalah suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dua matra), dengan menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Medium rupa dapat dijangkau melalui berbagai macam jenis material seperti tinta, cat/pigmen tanah liat, semen dan berbagai aplikasi yang memberi kemungkinan untuk mewujudkan medium rupa, Dharsono (2004:36). Aktifitas melukis adalah mengaplikasikan cat, pigmen, warna atau medium lain pada suatu permukaan. Cara mengaplikasikan medium tersebut umumnya dengan kuas, bisa juga dengan alat lain misalnya pisau, spons, dan kuas semprot (airbrushes).

Lukisan Laker

Kata Laker diadopsi dari istilah bahasa Inggris lacquer yaitu bahan damar yang dihasilkan oleh sejenis serangga bernama laccifer lacca. Tumbuhan tempat bertenggernya serangga ini banyak ditemukan di Jepang, Tiongkok dan daerah pegunungan Himalaya.Orang jepang menyadapnya dari pohon tersebut sekali dalam 10 tahun. Di Sumatera Selatanpohon tersebut dikenal dengan nama pohon komalo, (Pagar Alam Post, kamis 26 April 2016). Lukisan laker adalah karya seni lukis khas Palembang, yang memiliki keunikannya sendiri. Lukisan lak Palembang ini belum begitu banyak dikenal oleh masyarakat, karena keberadaanya juga relatif belum lama. Lukisan Laker sendiri merupakan hasil pengembangan dari seni kerajinan lak yang memang sejak lama dikenal oleh masyarakat luas. Seperti halnya seni kerajinan lak, lukisan lak pun memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap cahaya, dengan kata lain lukisan lak ini memiliki pesona yang lebih bila mendapat sumber cahaya yang cukup atau ditempatkan di ruang yang terang. Dari penjelasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa lukisan laker adalah lukisan khas Palembang yang merupakan hasil pengembangan dari seni kerajinan lak Palembang yang memiliki ciri khas tersendiri, baik teknik, proses pembuatan dan warna, seperti pada karya Muhammad Idris pelukis di sanggar Ganesha Palembang berikut ini:


Gambar 1:Seni lukis laker“Masjid Agung Palembang” karya Muhamad Idris, hard board 60x80cm, koleksigaleri sanggar Ganesha Palembang, (Dok: Suparman. foto: Mainur, 2018)

Sanggar Ganesha

Sanggar Ganesha adalah salah satu sanggar seni rupa yang terdapat dikota Palembang yang didirikan pada tahun 1978. Dengan tujuan untuk menghimpun pekerja seni atau seniman muda di Palembang. Sanggar 3 seni rupa yang beralamat di Jl. KH Ahmad Dahlan nomor 74 Bukit Kecil Palembang ini dipimpin oleh Bapak Harun Rosidi Kamil yang merupakan alumni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Institut Teknologi Bandung. Beliau selain aktif mempunyai sanggar juga selaku ketua Himpunan Seni Rupa dari Sumatra Selatan (HSRI-SS), beliau juga adalah tokoh seni rupa atau seniman seni rupa yang juga ikut sebagai pendiri Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) bersama Bapak A. Manaf dan Abdullah Saleh.

Kota Palembang adalah ibu kota Provinsi Sumatera Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan lukisan laker yang dilakukan di sanggar Ganesha. Sanggar Ganesha pertama kali terbentuk di Bandung pada tahun 1978, anggotanya terdiri dari mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berasal dari kota Palembang. Pada tahun 1980 Bapak Harun Rosidi Kamil yang merupakan salah satu pendiri dari sanggar Ganesha ini kembali ke kota kelahirannya dan mendirikan sanggar Ganesha di tempat rumah kediamannya yang beralamat di Jln. KH. Ahmad Dahlan nomor 74 Bukit Kecil Palembang. Lokasi sanggar ini begitu strategis, terletak di pinggir jalan raya dan ditengah tengah kota dan berdekatan dengan wisata taman Kambang Iwak dan rumah dinas Wali Kota. Akan tetapi agak sedikit sulit menemukannya karena di halaman tempat lokasi tidak terdapat plank yang menunjukkan tempat lokasi sanggar Ganesha. Melukis lak adalah kegiatan melukis yang menggunakan laker sebagai salah-satu dari media lukisnya. Laker identik dengan kuning yang menjadi pelapis hiasan dengan sapuan cat hitam, dan keemasan hingga terlihat mencolok. Banyak masyarakat Palembang menamai hiasan pewarna tersebut dengan istilah lak atau laker, walaupun namalak lebih kental dengan istilah lemari ukir Palembang. Dalam penelitian ini penulis mengamati proses pembuatan lukisan laker secara langsung di sanggar Ganesha yang dilakukan oleh Muhammad Idris salah seorang anggota dan seniman di sanggar Ganesha. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan lukisan laker sama seperti alat yang digunakan pada alat lukis pada umumnya yaitu 4 kuas, palet, dan pensil. Sementara gergaji dan amplas digunakan untuk mengolah media yang akan dilukis. Alat-alat yang digunakan yaitu:

 

Gambar 2: Alat-alat

1. Gergaji : Berfungsi untuk memotong Hard Board / MDF atau medialukis. 2. Palet : Merupakan tempat atau wadah untuk cat warna emas.

3. Kuas :Berfungsiuntuk mengaplikasikan cat atau warna dan memberi bentuk pada lukisan.

4. Pensil : Berfungsi untuk membuat sketsa awal lukisan.

5. Amplas : Berfungsi meratakan atau menghaluskan media dan lukisan.

6. Kainlap: Berfungsi untuk membersihkan kuas.

Dalam teknik melukis laker akan melalui tiga proses tahapan yaitu tahap awal, tahap kedua, dan tahap akhir. Berikut adalah tahapan tahapan tersebut:

1.    Tahap Awal

Media yang telah disiapkan dan dipotong sesuai ukuran diberi warna dasar dengan menggunakan cat minyak yang telah dicampur dengan tinner.

Media yang telah diberi warna dasar dan catnya telah kering lalu dibuat sketsa gambar dengan menggunakan pensil.

 

Setelah digambar sketsa dengan menggunakan pensil lalu gambar sketsa tersebut diperjelas atau dilukis dengan cat warna hitam dari tinta cina dan cat berwarna emas dari serbuk emas (perada) yang telah dicampur pernis (kayu) menggunakan kuas.

 

 


2.    Tahap Kedua

Di tahap kedua setelah Media telah di lukis dengan menggunakan tinta cina dan cat emas lukisan kemudian di jemur beberapa menit, setelah dijemur beberapa menit lukisan lalu dipoles atau dilapisi dengan lacquer lalu di jemur lagi kemudian dipoles lagi lalu dijemur lagi hingga 4-5 kali pemolesan dan penjemuran hingga warnanya menjadi kecoklatan dan berkilau.

 


Setelah lukisan dijemur beberapa jam dan telah kering lukisan lalu diamplas menggunakan amplas halus yang dibasahi dengan air, pengamplasan dilakukan agar permukaannya halus dan mudah dilukis,setelah rata dan halus baru kemudian dilukis lagi dengan menggunakan tinta cina dan cat emas.


 

3.    Tahap Ketiga

Di tahap ketiga, media yang telah dilukis di tahap kedua kemudian di jemur lagi beberapa menit. Setelah dijemur lukisan lalu di poles lagi dengan menggunakan laker dan dijemur berulang hingga 3 kali pemolesan dan penjemuran.

 


Setelah lukisan di poles menggunakan laker dan dijemur kemudian lukisan diamplas lagi menggunakan amplas halus dengan dibasahi air kemudian dijemur lagi.

 


Media yang telah diamplas dan dijemur lalu dilukis lagi dengan cat hitam dan emas.

 


4.    Tahap Akhir

Tahap akhir ini merupakan tahap finishing, Media yang telah dilukis di tahap ke 3 lalu dipoles lagi menggunakan laker lalu dijemur secara berulang sebanyak 2 kali pemolesan dan penjemuran.Lukisan yang telah poles menggunakan laker dan dijemur kemudian diamplas lagi menggunakan amplas halus sambil dibasahi dengan menggunakan air agar permukaan lukisan halus. Kemudian lukisan lalu dijemur hingga kering.

 


Setelah diamplas dan dijemur hingga kering baru kemudian ke proses finishing yaitu pemolesanpernis pada lukisan dengan menggunakan kuas lalu dijemur lagi. Di proses finishing akan terlihat lukisan tampak lebih berkilau dan menandakan bahwa lukisan telah jadi atau selesai dibuat.

Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dengan cara pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti atau tempat yang menjadi pokok permasalahan yang dihadapi. Maka diperlukan pengamatan dengan cara observasi dan melihat secara langsung terhadap karya-karya lukisan laker yang ada di galeri serta keadaan di sanggar ganesha.

BAB III

PENUTUP

 

Kesimpulan :

Adapun kesimpulan yang dapat diuraikan dari hasil penelitian mengenai proses pembuatan karya seni lukis laker di sanggar Ganesha Palembang adalah:

Lukisan laker adalah karya seni rupa murni dua dimensi yang merupakan hasil pengembangan dari seni kerajinan lak Palembang yang memiliki ciri khas tersendiri.Laker identik dengan kuning yang menjadi pelapis hiasan dengan sapuan cat hitam, dan keemasan hingga terlihat mencolok. Dari beberapa referensi, diketahui namalaker diadopsi dari istilah bahasa Inggris lacquer, yaitu bahan damar yang dihasilkan oleh sejenis serangga bernama Laccifer lacca.Tumbuhan 9 tersebut merupakan tempat bertenggernya serangga dan banyak ditemukan di Jepang, Tiongkok, dan Pegunungan Himalaya.

Bahan utama yang digunakan merupakan bahan-bahan tradisional diantaranya yaitu kemalau, atau berupa butiran-butiran yang berbentuk seperti sarang semut yang dihasilkan dari pohon durian, serbuk emas atau yang biasa disebut parada.Bahan yang dijadikan media yaitu Hardboart, MDF, atau papan triplek yang permukaannya datar. Dan bahan pendukung lainnya adalah spritus, cat minyak, tinner, pernis, dan minyak tanah.

Alat yang digunakan dalam membuat lukisan laker yaitu sama halnya seperti alat melukis pada umumnya seperti kuas, palet, pensil. Sementara gergaji digunakan untuk memotong media sesuai ukuran yang diinginkan dan amplas digunakan untuk meratakan atau menghaluskan permukaan media yang akan dilukis.

Teknik dalam membuat lukisan laker memiliki 4 tahapan yaitu, tahapan pertama pemberian warna dasar dengan menggunakan cat minyak berwarna silver, pembuatan sketsa, dan membentuk gambar. Tahapan kedua yaitu pemolesan lacquer, penjemuran, pengamplasan, pewarnaan. Tahap ketiga yaitu pemolesan lacquer, penjemuran, pengamplasan, pewarnaan. Dan tahap ke empat pemolesan lacquer, penjemuran, dan finishing pemolesan dengan menggunakan pernis.

Lukisan laker memiliki bentuk yang unik dengan paduan warna hitam, kuning emas kecoklatan yang berkilau membuat orang yang melihat lukisan laker ini seakan bernostalgia lantaran gaya lukisannya yang terlihat klasik, ditambah lagi objek yang dilukis rata-rata bentuk atau gambaran budaya yang ada di kota Palembang.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://kumpulanmakalah-cncnets.blogspot.com/2012/02/makalah-seni-lukis.html

https://media.neliti.com/media/publications/325741-bentuk-seni-lukis-laker-di-sanggar-ganes-5e79c8d0.pdf

 

Selasa, 10 November 2020

Budaya Tarian Lokal

 

Budaya Tarian Lokal

“Tari Turak”

 

Nama : Rizki Patria Linaldi

Kelas : 1IA07

NPM : 51420123


Pendahuluan

A.   Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia setiap tahunnya terus mengalami kemajuan dan perubahan, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun kebudayaan. Pada saat ini masyarakat sangat mengenal dengan teknologi,sehingga sangat mudah untuk masyarakat terpengaruh oleh budaya luar. Hal ini membuat masyarakat lupa bahwa di negaranya dan di daerahnya banyak sekali budaya yang ada. Pada setiap daerah terdapat budaya yang berbeda-beda, namun terkadang ada yang sama. Di daerah Musi Rawas juga ada budaya tersendiri berupa Budaya Tariannya. Karena itu untuk mengetahui budaya ini kepada masyarakat lebih lanjut pahami pembahasan yang ada.

B.   Rumusan Masalah

1.  Apa budaya tarian lokal di daerah Musi Rawas?

2.  Mengapa banyak masyarakat tidak mengetahui tentang budaya tarian di                           daerahnya?

C.   Tujuan Penelitian

1.  Mengenal dan mengetahui budaya tarian lokal di daerah Musi Rawas

2.  Memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai budaya tarian di daerahnya

 

Pembahasan

A.   Pengertian Tari Turak

Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas jika dilihat dari sisi adat istiadat dan budaya masyarakatnya adalah satu. Di masa lalu, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, kedua daerah ini secara administratif adalah sama, di mana Kabupaten Musi Rawas menjadikan Lubuklinggau sebagai ibukota kabupaten. Meskipun Lubuklinggau membentuk pemerintahan sendiri menjadi kota madya (Daerah Otonom) dengan nama Kota Lubuklinggau mulai tahun 2001, kebudayaan masyarakat yang berkembang di kedua wilayah yang berpisah secara administratif ini tetaplah sama.

Hal ini tampak jelas dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, selain itu pakaian adat, tarian daerah, lagu daerah, beragam budaya dan adat istiadat masih tetap sama dan tidak mengalami perbedaan yang mencolok. Asal usul masyarakat yang sama yang terbentuk jauh sebelum kemerdekaan bangsa ini (zaman kolonial Belanda) menjadi faktor utama terbentuknya keseragaman kehidupan sosial budaya masyarakat di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau.

Koentjaraningrat (2009) menegaskan bahwa masyarakat terbentuk akibat adanya pola tingkah laku yang bersifat mantap, kontinu dan kemudian menjadi adat istiadat yang khas. Kekhasan adat istiadat dalam suatu komunitas sosial masyarakat inilah yang tampak pada kesamaan adat istiadat dan budaya antara masyarakat Lubuklinggau dan Musi Rawas.

Tari Turak merupakan salah satu tari tradisional yang berkembang di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau di samping berbagai tarian tradisional dan tari kreasi modern yang ada di wilayah ini. Rekam sejarah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau yang dulunya adalah satu kesatuan menjadikan Tari Turak dikenal dan ditarikan hingga saat ini oleh masyarakatnya.

Tari Turak adalah tarian tradisional yang sangat unik jika dibandingkan dengan tarian lainnya yang ada di Lubuklinggau dan Musi Rawas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dosen Program Studi Sejarah STKIP PGRI Lubuklinggau, yakni Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum (ketua tim peneliti) dan Risa Marta Yati, M.Hum (anggota tim peneliti) Hibah Ristekdikti tahun 2019, memperlihatkan bahwa keunikan Tari Turak terletak pada “Turak” yang digunakan sebagai properti tarian ini.

Turak diperkirakan berasal dari kata Turak yang diartikan sebagai senjata bambu. Nama Turak inilah kemudian yang digunakan sebagai nama Tari Turak dan menjadi ciri khas tarian ini.

B.   Sejarah Tari Turak

Berdasarkan hasil penelitian Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum dan Risa Marta Yati, M.Hum dengan narasumber yang mengetahui tentang Tari Turak, diantaranya adalah Ibu Lilian, Pemilik Sanggar Serumpun di Terawas dan Bapak Mohammad Asnan, mantan Anggota Dewan Kesenian Kota Lubuklinggau, disimpulkan Tari Turak telah ada sejak masa revolusi kemerdekaan Indonesia.

Tari Turak ditarikan untuk menyambut tentara NICA (Belanda) yang ingin kembali menguasai wilayah Terawas dan Musi Ulu. Di dalam Turak diisi dengan pasir dan cabai sehingga apabila Turak diputar (diguncang) akan mengenai mata tentara NICA yang menonton tarian ini. Di saat tentara NICA lengah akibat mata yang perih kena air cabai, para pemuda dan masyarakat Terawas melucuti senjata mereka.

Kecerdikan masyarakat Terawas dalam melumpuhkan tentara NICA melalui Tari Turak menjadikan tarian ini sebagai tari perjuangan yang memiliki nilai historis yang sangat besar dalam membantu perjuangan rakyat khususnya di Kabupaten Musi Rawas dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Penggunaan Turak sebagai senjata untuk melumpuhkan penjajah mengubah makna pementasan Tari Turak dari awalnya sebagai tari sambut, menjadi sebuah tarian perang yang berbeda dengan tarian perang lainnya yang menggunakan senjata sungguhan seperti pisau ataupun tombak yang berbahan dasar logam sebagai properti tari.

C.   Perkembangan Tari Turak

Selain penggunaan Turak sebagai properti tari, gerakan tarian serta iringan musik ini yang tidak terlalu bervariasi bahkan terkesan kaku dan monoton, secara implisit menunjukan bahwa tarian ini bukan ditujukan sepenuhnya untuk tujuan artistik, namun lebih pada waspada saat menyambut tamu asing yang datang ke wilayah mereka. Gerak yang ditampilkan Tari Turak ini antara lain gerak undur silang, gerak sembah duduk, gerak melenggang kapit selendang, gerak undur guncang Turak, gerak guncang Turak atas dan bawah, gerak guncang Turak samping kanan, depan dan samping kiri, gerak tabur sumbat, gerak putar Turak, gerak sembah Turak, gerak silang Turak.

Temuan hasil penelitian lapangan lainnya menunjukkan bahwa ada variasi lain dari gerakan Tari Turak yakni: gerakan maju-mundur, liuk selendang, sembah duduk, ngalui, angkat Turak, angkat Turak putar, liuk Turak, guncang Turak duduk, guncang Turak berdiri, Turak bahu, guncang Turak lurus, putar Turak, sembah akhir dan terbang. Saat ini kreasi Tari Turak telah banyak diciptakan oleh penggiat seni tari seperti di Lubuklinggau yang mengenal adanya Tari Turak bahalindang, Tari Turak kipas, dan Tari Turak selendang.

Peneliti saat mewawancarai Ibu Lilian dan Bapak Muhammad Asnan

Tingginya nilai historis dalam upaya melawan penjajahan Belanda di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia yang terkandung dalam Tari Turak berbanding terbalik dengan animo para generasi muda di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau untuk mengenal serta melestarikan tarian ini.

Derasnya arus globalisasi yang dibanjiri oleh tarian dari luar negeri seperi K-Pop, J-Pop dan tarian Barat yang dilabeli sebagai tarian modern masa kini membuat Tari Turak yang merupakan produk asli warisan nenek moyang dianggap sebagai tarian yang tidak menarik dalam kacamata generasi muda masa kini. Jika situasi ini dibiarkan berlarut-larut, tentu saja akan membawa pada punahnya tarian ini yang berarti punah juga warisan budaya milik masyarakat Musi Rawas dan Lubuklinggau.

Risa Marta Yati, M.Hum dan Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum mengharapkan adanya dukungan dan upaya sinergitas dari pemerintah,stakeholder serta masyarakat Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas untuk memopulerkan tarian ini di kalangan generasi muda demi memupuk jiwa nasionalisme dan kebanggaan mereka akan budaya lokal yang dilahirkan nenek moyang mereka di masa lalu. Jangan sampai generasi yang akan datang tidak mengenal Tari Turak yang melambangkan kegigihan masyarakat dikedua wilayah ini dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

 

BAB III

Penutup

 

Kesimpulan :

Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas jika dilihat dari sisi adat istiadat dan budaya masyarakatnya adalah satu. Di masa lalu, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, kedua daerah ini secara administratif adalah sama, di mana Kabupaten Musi Rawas menjadikan Lubuklinggau sebagai ibukota kabupaten. Hal ini tampak jelas dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, selain itu pakaian adat, tarian daerah, lagu daerah, beragam budaya dan adat istiadat masih tetap sama dan tidak mengalami perbedaan yang mencolok. Koentjaraningrat (2009) menegaskan bahwa masyarakat terbentuk akibat adanya pola tingkah laku yang bersifat mantap, kontinu dan kemudian menjadi adat istiadat yang khas. Kekhasan adat istiadat dalam suatu komunitas sosial masyarakat inilah yang tampak pada kesamaan adat istiadat dan budaya antara masyarakat Lubuklinggau dan Musi Rawas. Tari Turak merupakan salah satu tari tradisional yang berkembang di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau di samping berbagai tarian tradisional dan tari kreasi modern yang ada di wilayah ini. Tari Turak adalah tarian tradisional yang sangat unik jika dibandingkan dengan tarian lainnya yang ada di Lubuklinggau dan Musi Rawas. Turak diperkirakan berasal dari kata Turak yang diartikan sebagai senjata bambu. Nama Turak inilah kemudian yang digunakan sebagai nama Tari Turak dan menjadi ciri khas tarian ini. 

Tari Turak ditarikan untuk menyambut tentara NICA (Belanda) yang ingin kembali menguasai wilayah Terawas dan Musi Ulu. Selain penggunaan Turak sebagai properti tari, gerakan tarian serta iringan musik ini yang tidak terlalu bervariasi bahkan terkesan kaku dan monoton, secara implisit menunjukan bahwa tarian ini bukan ditujukan sepenuhnya untuk tujuan artistik, namun lebih pada waspada saat menyambut tamu asing yang datang ke wilayah mereka. Temuan hasil penelitian lapangan lainnya menunjukkan bahwa ada variasi lain dari gerakan Tari Turak yakni: gerakan maju-mundur, liuk selendang, sembah duduk, ngalui, angkat Turak, angkat Turak putar, liuk Turak, guncang Turak duduk, guncang Turak berdiri, Turak bahu, guncang Turak lurus, putar Turak, sembah akhir dan terbang. Saat ini kreasi Tari Turak telah banyak diciptakan oleh penggiat seni tari seperti di Lubuklinggau yang mengenal adanya Tari Turak bahalindang, Tari Turak kipas, dan Tari Turak selendang. Derasnya arus globalisasi yang dibanjiri oleh tarian dari luar negeri seperi K-Pop, J-Pop dan tarian Barat yang dilabeli sebagai tarian modern masa kini membuat Tari Turak yang merupakan produk asli warisan nenek moyang dianggap sebagai tarian yang tidak menarik dalam kacamata generasi muda masa kini. Jika situasi ini dibiarkan berlarut-larut, tentu saja akan membawa pada punahnya tarian ini yang berarti punah juga warisan budaya milik masyarakat Musi Rawas dan Lubuklinggau. Risa Marta Yati, M.Hum dan Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum mengharapkan adanya dukungan dan upaya sinergitas dari pemerintah,stakeholder serta masyarakat Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas untuk memopulerkan tarian ini di kalangan generasi muda demi memupuk jiwa nasionalisme dan kebanggaan mereka akan budaya lokal yang dilahirkan nenek moyang mereka di masa lalu. Jangan sampai generasi yang akan datang tidak mengenal Tari Turak yang melambangkan kegigihan masyarakat dikedua wilayah ini dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.

 

DAFTAR PUSTAKA

https://sevima.com/10-contoh-karya-tulis-ilmiah-kti-yang-baik-benar/

https://www.linggaupos.co.id/tari-turak-warisan-budaya-kabupaten-mura-dan-kota-lubuklinggau-peran-aktif-generasi-muda-diperlukan-untuk-melestarikannya/

 

Musik dan Lagu Daerah

  MUSIK DAN LAGU DAERAH “BATANGHARI SEMBILAN” NAMA : RIZKI PATRIA LINALDI KELAS : 1IA07 NPM : 51420123 PENDAHULUAN A.    Latar...